Makassar
Tempat Kelahiranku Yang Mempunyai Banyak Sejarah
Kota Metropolitan Makassar adalah
ibukota dari provinsi Sulawesi Selatan. Sebelumnya bernama Kotamadya Ujung
Pandang. Kota Makassar terkenal sebagai kota "Angin Mamiri", yang
berarti kota hembisan angin sepoi-sepoi basah. Yah Makassar! Tempat
kelahiranku, tempat dimana aku dibesarkan.
Kota Makassar juga terkenal dengan
"Pantai Losari" nya yang indah, yang terkenal sebagai meja terpanjang
karena pengunjung dapat menikmati berbagai hidangan lezat sambil menikmati
hembisan angin laut yang menyegarkan dan menyaksikan terbenamnya matahari serta
keindahan panorama laut.
Kota yang bersuhu sekitar 22 - 33 oC ini, memiliki areal seluas 175,77 km2, Wilayah Kota Makassarterus berkembang, khususnya kearah Timur, dimana pembangunan infrastruktur seperti perluasan pelabuhan laut Makassar, Reklamasi pantai Losari, Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, jalan tol, Kawasan Industri Makassar, Disney Land Makassar dan berbagai proyek lainnya tengah dilaksanakan.
Kota Makassar juga memiki
obyek-obyek wisata yang cukup menarik seperti benteng Ujung pandang, pelabuhan
perahu Kota Makassar juga memiki obyek-obyek wisata yang cukup menarik seperti
benteng Ujung pandang, pelabuhan perahu tradisional pinisi, Pantai Losari,
Pusat Rekreasi pantai Akkarena, makam Pangeran Diponegoro, makan Sultan
Hasanuddin, Taman Budaya Sulawesi, rekreasi wisata bahari, pagelaran tarian dan
bisana tradisional, serta masih banyak lagi yang sayang sekali untuk
dilewatkan.
Sebagai kontras antara yang lama dan
baru, perahu kayu berlayar diantara tanker raksasa modern dekat pantai di
sepanjang pesisir Kota Makassar. Perjalanan 20 menit dengan becak dari pusat
kota akan membawa anda ke pelabuhan Paotere. Di luar pelabuhan, aktivitas kota
yang tersibuk di seluruh Makassar, pria dan wanita membeli dan menjual berbagai
macam barang, dan anak kecil berlarian ke sana ke mari melambaikan tongkat
dengan perahu kecil dan mobil di ujung talinya.
Di dalam pelabuhan, sebuah dok
panjang yang dicadangkan untuk perahu Bugis yang besar (phinisi), pemandangan
menakjubkan di galangan kapal dengan haluan yang berlekuk, mengarah ke atas dan
tiang yang besar membentuk simetri yang sedap dipandang mata. Namun kapal kayu
besar ini berada di sana tidak hanya sekedar untuk alasan keindahan, pekerja
mereka bekerja keras membongkar dan menaikkan muatan. Pelaut telanjang kaki
berjalan di gelondong kayu yang panjang - yang dulunya sebuah pohon - diantara
dek kapal dan dok dengan keseimbangan yang sangat baik tanpa mengindahkan
goyangan dari gelondong. Kapal-kapal kecil tersebut merupakan bukti nyata dari
karakter masyarakat Bugis dan Makasar yang asli.
Sebuah keluarga menaikkan minyak dan
air untuk kepulauan mereka yang terpencil berjarak sehari berlayar. Pelaut yang
lain menceritakan pelayaran dari Sulawesi ke Timor dan yang lain menjalankan
tugas rutin ke Sumatra. Dua pria bersarung dibalut kulit yang kelam, dengan
bangga memperlihatkan awak kapalnya yang terdiri 4 anak perempuan dan istri
mereka, masyarakat yang gigih. Walaupun penampilannya keras, namun kehangatan
dan persahabatan tetap terlihat meyakinkan bahwa setiap kapal akan mengundang
anda untuk turut berlayar di pelayaran mereka selanjutnya.
Kembali ke kota, benteng Rotterdam
(Fort Rotterdam) menandai peninggalan bersejarah kota. Dibangun pada tahun 1545
oleh kerajaan lokal Goa, Benteng Rotterdam yang letaknya di tepi laut direbut
dan dibangun kembali pada tahun 1667 oleh Belanda. Dinding luar yang tebalnya 2
meter dan tinggi 7 meter membentuk kotak yang besar seperti seekor penyu. Di
setiap sudut dan pintu utama dibuat benteng pertahanan yang menonjol ke luar
dalam bentuk berlian, membuat benteng sulit ditundukkan sehingga Belanda dapat
bertahan di sana selama ratusan tahun.
Hingga kini, benteng masih menjaga
laut Makassar dan mempertontonkan contoh besar dari hasil renovasi arsitektur
kolonial Belanda. Tempat itu juga merupakan pusat kebudayaan, museum hidup
untuk Sulawesi Selatan. Di Makassar, bangunan peninggalan Belanda masih dapat
ditemukan, walaupun beberapa bangunan tua yang indah diantaranya telah
dihancurkan demi arsitektur modern. Walaupun demikian, rumah peninggalan
Belanda bisa di temukan di jalan-jalan sempit di pusat kota sekitar benteng
Rotterdam.
Dengan populasi Cina yang besar,
kota ini juga memiliki banyak bangunan Cina termasuk empat kelenteng Budha dan
KongHuCu yang berwarna warni di china-town. Di Kota Makassar, terdapat makam
peninggalan dari satu pahlawan terbesar di Indonesia. Anak dari Sultan
Jogjakarta, Pangeran Diponegoro yang memimpin perlawanan terhadap Belanda dalam
perang Jawa di tahun 1825 - 1830. Ditipu oleh Belanda kemudian dibuang ke
Makassar hingga akhir hayatnya. Sebuah silsilah keluarga digambarkan di makam memperlihatkan
bahwa keluarganya telah tinggal di Makassar.
Di sore hari, di sepanjang pantai
Losari anda akan menemukan suasana hangat dari warga kota beserta aktifitasnya.
Disisi selatan anda bisa menemukan lokasi pujasera yang tertata di laguna
Metro, dengan keharuman pisang epe dan ikan bakar memenuhi udara. Dalam suasana
karnaval diantara warung makanan, penduduk Makassar bertemu di sini, duduk
bersama teman-teman dan orang asing untuk menikmati makan malam. Makassar juga
memiliki kehidupan malam yang ramai seperti klub malam, tempat karaoke dan
tempat bermain bola sodok.
Kerajinan tangan Toraja seperti
ukiran tau-tau dari kayu kecil, kotak bambu berukir, dan baki Toraja merupakan
suvenir yang indah. Porselin antik dan belanga celadon dapat juga ditemukan,
dan di jalan Sombu Opu, adalah tempat perhiasan emas dan perak. Sulawesi
menghasilkan dan mengekspor beberapa kopi terbaik di dunia, jadi melancong ke
pabrik kopi kecil di Makassar tidak bisa dihindari. Di dalam pabrik, pekerja
membungkus dan menggiling kopi Arabica dan Toraja. Bila anda memperlihatkan
rasa tertarik, maka pekerja akan memberikan contoh kopi segar mereka yang
terbaik untuk anda cicipi. Walaupun contoh itu gratis, anda akan terdorong
untuk membeli setidak-tidaknya sekilo untuk perjalanan pulang sebuah kenangan
yang sedap dan harum akan pintu gerbang ke Timur.
Makassar memiliki potensi besar
untuk pengembangan pariwisata, karena disamping sebagai pusat pengembangan dan
perjalanan juga sekaligus , sebagai pintu gerbang di Kawasan Timur Indonesia.
Kota Makassar banyak memiliki potensi wilayah, seni budaya dan sejarah yang
dapat dikembangkan menjadi obyek dan daya tarik wisata (ODTW).
Sumber : wisata.makassarkota.go.id
Tidak ada komentar: